11 Maret 2011
..Setiap malam akhwat itu berdoa agar dirinya terjauh dari itu semua. Isak tangis menemani malam-malamnya kala meminta. Ia merintih dalam bisu... Ia mengakui pada Yang Maha Mengetahui segala isi hati, bahwa ia memang sulit melepaskan ikhwan hanif yang telah bersemayam di hatinya, tapi ia juga ingin membuangnya jauh-jauh dari segala harapnya. Ia menangis karena ia terlalu lemah untuk meminta sesuatu yang bertentangan dengan hatinya. Ia meminta dijauhkan dari ikhwan hanif itu padahal ia tahu persis ia telah terlajur mencintai ikhwan hanif itu dari relung hatinya. Tapi ia tidak bisa meninggalkan ikhwan hanif itu menetap di hatinya... Ia harus melepaskan ikhwan hanif itu dari hatinya, demi cintanya pada Sang Khalik. Ia akan mengikhlaskan ikwan hanif itu kepada Allah... Jika mereka harus berpisah maka ia ikhlas berpisah demi Allah, walau hati perih terasa meniggalkan jejak-jejak yang telah ternoda.
Tetapi ternyata sangatlah sulit melepaskan harapan yang telah ada, walau bukan karena-Nya. Berulangkali ia terjatuh dan tertatih dalam isak dan tangis. Meminta agar dijauhkan dari sesuatu yang ingin dimilikinya. Tapi karena ia takut pada Allah dan terlalu cinta pada-Nya, maka ia tak pernah berhenti meminta. Bahkan ia meminta... gantikan saja hatinya yang telah ternoda dengan hati yang lain, hati yang suci seputih kabut, hati milik para bidadari surga. Tapi apakah mungkin hadiah itu diberikan Allah padanya? Sedang ia hanyalah seorang manusia yang bergelimang dosa tak tampak. Bersitan itu telah menimbulkan hatinya hitam sepekat arang. Masihkah ada pintu surga yang bisa kulalui, wahai Rabb??? Batin sang akhwat dalam hatinya...
Perlahan malam menggantikan siang dan mentari berganti rembulan. Telah berjuta kali hatinya meminta, lalu ia terjatuh dan merangkak dalam kegelapan. Di sanapun sang ikhwan hanif tampak tegas dengan kehidupannya, tetapi membuat akhwat itu sempat bersu’udzan, ia pun mengucapkan istighfar setiap kali pikiran itu datang padanya, segeralah wudlu.. jikalau memang akhwat itu terdzolimi olehnya, ia ikhlas.. karena janji Allah itu pasti, wanita baik untuk laki-laki baik dan itu sudah dilukiskan di Lauhul Mahfudz-Nya. Yang ia tahu bahwa sang ikhwan hanif itu mengatakan kalimah 'tsabbita imanana..' kepadanya.. Subhanallah.. Akhwat itu menangis kepada Allah dengan segala kerendahan hati ketika tahu sang ikhwan hanif ingin menata hati.. Subhanallah..
apapun yg ada di hati manusia.. Hanya Allah yg tahu..
Akhwat itu tetap mengingat hal terakhir pinta ikhwan hanif itu kepadanya.. :)
isak tangis pun tak luput mengiringi ketika akhwat itu mengingat kebaikan-kebaikan yg ditoreh keluarga kedua belah pihak..
Ia hanya berusaha mengikhlaskan apa yg sesungguhnya masih belum halal baginya..
dengan senyum manisnya ia lalu yakin bahwa ini adalah sebuah ujian dan peringatan agar ia tetap berjalan di koridor Islam.. :)
Andaipun dunia ini terlalu menyilaukan baginya, semoga ia kukuh dengan Addien-nya seperti yg telah ia katakan pada akhwat itu. Sang akhwat tiada merasa perlu mengatakannya karena cinta yang dia berikan kepada ikhwan hanif itu telah ternoda oleh nafsu. Ia hanya berharap ada secercah cahaya yang memberinya kekuatan untuk bangkit. Bangkit dari harapan tak bertepi yang melahirkan fenomena kehidupan. Akhirnya Allah mengabulkan pintanya dalam cahaya remang misyqat bening di tembok surga...
Perlahan airmata akhwat menitik mendengar alam mengisahkan.
Ia bahagia dirinya yang dhoif dan fana ini tak mengotori hati ikhwan hanif yang khusyuk bermunajat pada Sang Ilahi Rabbi. Kini ia tahu bahwa mereka saling mengikhlaskan satu sama lainnya karena cinta mereka pada Allah.
Mereka ada untuk Allah dan akan selamanya seperti itu.
Kini hijab hijau yang terhampar diantara keduanya panjaaaaang terbentang dan tidak akan terbuka selama-lamanya kecuali takdir Allah mengatakan berbeda.
Akhwat itu tersenyum pada Allah dalam tangis malamnya. Akhwat itu menangis haru pada Allah dalam relung hatinya. Andai mereka tahu rasanya mengikhlaskan kekasih yang dicinta demi Allah. Thanks a lot Allah... Engkau selamatkan hamba dari panasnya bara neraka. Semoga hamba layak menjadi bidadari surga-Mu... kata akhwat itu dalam hati. Akhwat itu lalu memberikan senyuman manis pada dunia dan ia terlelap di sajadah tuanya...
Ukhti... Jagalah Allah di hatimu, maka Allah akan menjagamu selalu. Selamanya...

..Setiap malam akhwat itu berdoa agar dirinya terjauh dari itu semua. Isak tangis menemani malam-malamnya kala meminta. Ia merintih dalam bisu... Ia mengakui pada Yang Maha Mengetahui segala isi hati, bahwa ia memang sulit melepaskan ikhwan hanif yang telah bersemayam di hatinya, tapi ia juga ingin membuangnya jauh-jauh dari segala harapnya. Ia menangis karena ia terlalu lemah untuk meminta sesuatu yang bertentangan dengan hatinya. Ia meminta dijauhkan dari ikhwan hanif itu padahal ia tahu persis ia telah terlajur mencintai ikhwan hanif itu dari relung hatinya. Tapi ia tidak bisa meninggalkan ikhwan hanif itu menetap di hatinya... Ia harus melepaskan ikhwan hanif itu dari hatinya, demi cintanya pada Sang Khalik. Ia akan mengikhlaskan ikwan hanif itu kepada Allah... Jika mereka harus berpisah maka ia ikhlas berpisah demi Allah, walau hati perih terasa meniggalkan jejak-jejak yang telah ternoda.
Tetapi ternyata sangatlah sulit melepaskan harapan yang telah ada, walau bukan karena-Nya. Berulangkali ia terjatuh dan tertatih dalam isak dan tangis. Meminta agar dijauhkan dari sesuatu yang ingin dimilikinya. Tapi karena ia takut pada Allah dan terlalu cinta pada-Nya, maka ia tak pernah berhenti meminta. Bahkan ia meminta... gantikan saja hatinya yang telah ternoda dengan hati yang lain, hati yang suci seputih kabut, hati milik para bidadari surga. Tapi apakah mungkin hadiah itu diberikan Allah padanya? Sedang ia hanyalah seorang manusia yang bergelimang dosa tak tampak. Bersitan itu telah menimbulkan hatinya hitam sepekat arang. Masihkah ada pintu surga yang bisa kulalui, wahai Rabb??? Batin sang akhwat dalam hatinya...
Perlahan malam menggantikan siang dan mentari berganti rembulan. Telah berjuta kali hatinya meminta, lalu ia terjatuh dan merangkak dalam kegelapan. Di sanapun sang ikhwan hanif tampak tegas dengan kehidupannya, tetapi membuat akhwat itu sempat bersu’udzan, ia pun mengucapkan istighfar setiap kali pikiran itu datang padanya, segeralah wudlu.. jikalau memang akhwat itu terdzolimi olehnya, ia ikhlas.. karena janji Allah itu pasti, wanita baik untuk laki-laki baik dan itu sudah dilukiskan di Lauhul Mahfudz-Nya. Yang ia tahu bahwa sang ikhwan hanif itu mengatakan kalimah 'tsabbita imanana..' kepadanya.. Subhanallah.. Akhwat itu menangis kepada Allah dengan segala kerendahan hati ketika tahu sang ikhwan hanif ingin menata hati.. Subhanallah..
apapun yg ada di hati manusia.. Hanya Allah yg tahu..
Akhwat itu tetap mengingat hal terakhir pinta ikhwan hanif itu kepadanya.. :)
isak tangis pun tak luput mengiringi ketika akhwat itu mengingat kebaikan-kebaikan yg ditoreh keluarga kedua belah pihak..
Ia hanya berusaha mengikhlaskan apa yg sesungguhnya masih belum halal baginya..
dengan senyum manisnya ia lalu yakin bahwa ini adalah sebuah ujian dan peringatan agar ia tetap berjalan di koridor Islam.. :)
Andaipun dunia ini terlalu menyilaukan baginya, semoga ia kukuh dengan Addien-nya seperti yg telah ia katakan pada akhwat itu. Sang akhwat tiada merasa perlu mengatakannya karena cinta yang dia berikan kepada ikhwan hanif itu telah ternoda oleh nafsu. Ia hanya berharap ada secercah cahaya yang memberinya kekuatan untuk bangkit. Bangkit dari harapan tak bertepi yang melahirkan fenomena kehidupan. Akhirnya Allah mengabulkan pintanya dalam cahaya remang misyqat bening di tembok surga...
Perlahan airmata akhwat menitik mendengar alam mengisahkan.
Ia bahagia dirinya yang dhoif dan fana ini tak mengotori hati ikhwan hanif yang khusyuk bermunajat pada Sang Ilahi Rabbi. Kini ia tahu bahwa mereka saling mengikhlaskan satu sama lainnya karena cinta mereka pada Allah.
Mereka ada untuk Allah dan akan selamanya seperti itu.
Kini hijab hijau yang terhampar diantara keduanya panjaaaaang terbentang dan tidak akan terbuka selama-lamanya kecuali takdir Allah mengatakan berbeda.
Akhwat itu tersenyum pada Allah dalam tangis malamnya. Akhwat itu menangis haru pada Allah dalam relung hatinya. Andai mereka tahu rasanya mengikhlaskan kekasih yang dicinta demi Allah. Thanks a lot Allah... Engkau selamatkan hamba dari panasnya bara neraka. Semoga hamba layak menjadi bidadari surga-Mu... kata akhwat itu dalam hati. Akhwat itu lalu memberikan senyuman manis pada dunia dan ia terlelap di sajadah tuanya...
Ukhti... Jagalah Allah di hatimu, maka Allah akan menjagamu selalu. Selamanya...
